Salim Taib (kiri) Mohammad Khaerul Amri (kanan) |
Oleh: Salim Taib
Dalam perjalanan pulang mengarungi samudra setelah menghadiri acara Doa salamatan haji oleh orang tua kami bapak Kader Yusuf di pulau-pulau Guraici tepatnya desa Buli kecamatan Kayoa, di atas kapal laut yang di hantam gelombang memusingkan kepala, di atas kapal hanya rebahkan badan tertidur pulas tidak pernah melihat hand phone lagian tidak ada signal, dan hand phone tidak pernah berdering sebagai tanda adanya signal, perjalanan enam jam dan akupun terbangun di saat kapal yang kami tumpangi telah sampai di depan pulau Tidore, tepatnya pukul 17. 18 telpon berdering. Deringan telpon itu dari Wali Kota Ternate Dr. Tauhid Soeleman saya angkat telponnya beliau hanya mengabarkan dan kabar itu dari Dr. Adnan bahwa, Lim begitu wali kota memulai percakapan apa benar AAM meninggal ini kabar dari Dr. Adnan, saya tidak percaya sembari saya menutup percakapan dengan pak Wali Kota kalau begitu saya konfirmas dulu dengan sopirnya mas Abi, begitu saya buka group Wa BPH Ansor sebelum menelpon sopirnya empat shahabat telah mengucapkan turut berduka cita atas berpulangnya shahabat terbaik kita Muhammad Khaerul Amri Waketum GP Ansor 2015-2024, dengan hati yang penuh bergetar, air mata yang terus mengalir dengan keberanian memastikan kabar duka itu dengan menelpon sopirnya Mas Abi, dari kejauhan dengan suara tangis yang terbata-bata sopirnya mengabarkan Mas Aam meninggal dunia Lalu sayapun mengabari kabar duka itu kepada pak Wali Kota Ternate bahwa kabar meninggalnya AAM adalah benar Innalillahi Wainnaa Ilaih Raji’un. Ajali fotuda tuda sone fo waro ua.
Masih dalam posisi berdiri di atas kapal sambil melihat pemandangan pulau Tidore melalui jendelanya sambil membaca percakapan-percakapan di group BPH GP Ansor terus mengalir ucapan duka, semakin keraguan dan ketidak mungkinan itu memudar dalam sanu bari, lalu aku teringat sebuah syair untuk mengenang kepergianmu Shahabatku AAM untuk selamanya bahwa “ketika ibu melahirkanmu, wahai anak cucu Adam, engkau menangis, sedang orang-orang di sekitarmu menyambutmu dengan riang, maka bekerjalah, sungguh-sungguh untukmu sendiri ketika engkau tidak lagi bersama mereka selamanya, mereka menangs bersedu-seduh, sedang engkau pulang sendiri dengan senyuman menawan”
Seperti bunyi syair itu ribuan orang diseluruh negeri sore itu tanggal enam Mei 2024 berduka dan menangis berseduh-seduh terutama ribuan kader Ansor dan Banser mengantarkan kepergianmu menghadap pada Rabbul Jalil. Sedangkan saya adalah satu diantara ribuan kader Ansor dan Banser yang mengenangmu bukan saja saat menjadi BPH Ansor periode 2015-2024, tetapi jauh sebelum itu, pada tahun 2000 tepatnya Kongres PMII di kota Medan Sumatera Utara titik awal perjumpaan dan perkenalan dengan almarhum M.Khaerul Amri, rentang waktu yang panjang setelah pasca kongres PMII di medan tak pernah bertemu, hingga pada tahun 2010 perjumpaan yang mengeratkan hubungan laiknya saudara pertemuan di perumahan DPR RI saat acara Konfrensi Besar Gerakan Pemuda Ansor, dan berlanjut pada awal Januari tanggal 11 di asrama haji Surabaya dalam acara pelaksanaan Kongres GP Ansor yang secara kebutulan kita berada pada satu jalan perjuangan memenangkan Nusron Wahid sebagai Ketua Umum GP Ansor.
Hubungan hirarki organisasi saya sebagai ketua PW Ansor Maluku Utara periode 2010-2020 dan almarhum M.Khaerul Amri sebagai bendahara Umum di zaman Nusron wahid semakin intens pertemuan, puncaknya pada tahun 2012 saat pelantikan GP Ansor Kota Ternate yang dilaksanakan di Mesjid Raya Almunawarah almarhum sebagai PP GP Ansor melantik pengurus GP Ansor Kota Ternate, itulah awal almarhum menginjakkan kaki pertama di Kota Ternate, saat di Ternate AAM hobinya makan ikan bakar segar karena menurutnya ikan di jakarta matinya telah berulang-ulang sedangkan di Ternate, matinya sekali.
Mengenang almarhum M.Khaerul Amri dalam batasan persahabatan selain karakternya tidak pernah berubah dengan kesederhanaannya, pertemanannya melampauwi batas-batas etnisitas, komunikasinya begitu santun walau beliau telah menjadii pejabat Negara sebagai Anggota DPR RI dari partai Nasdem, AAM almarhum yang kukenang orang yang selalu konsisten atas pemenuhan janjinya jika beliau berjanji, dalam kondisi sesibuk apapun jika di telpon pasti diangkat, wa pasti di balas, pada satu saat ketika saya bersama Hamid Bula nongkrong di warung kopi Ibis Cikini, ko Hamid Bula perintah coba Ketua Limbo telpon AAM apa boleh kita berjumpa ngobrol sambil ngopi ternyata beliau yang mendatangi tempat kita, aku berkelakar aku kira sampean berubah suda susah kita berjumpah karena engkau telah menjadi pejabat negara, bertemu harus dijadwalkan, harus di atur oleh sespri kalau kita kontak mendadak seperti ini akan tidak mungkin bertemu, ternyata engkau tidak pernah memandang pershahabatan itu sebelum dan sesudah engkau menjadi apa?.
Almarhum M. Khaerul Amri engkau telah kembali selama-lamanya, akan ku kenang perjumapaanku denganmu tidak hanya titik temu idiologis karena kita dibesarkan bersama sebagai jam’iyah Nahdlatul Ulama mulai dari PMII hingga ber-Ansor, akan tetapi ada banyak pelajaran berharga yang menjadi keteladanan dalam setiap perjumpaan-perjumpaan itu, engkau begitu sabar ketika dalam satu forum bersama di ejek, tidak pernah mengklarifikasi, engkau bisa meredam emosimu mengalah untuk bersama itulah sering kau ucapkan.
Engkau sang Aktivis Sejati begitu kata Ketua Umum GP Ansor Adin Jauharuddin, karena hidupmu engkau abdikan pada jalan akivis, mengurus ummat, kepergianmu tentu ditangisi oleh semua orang yang pernah bertemu denganmu, dan saya pada konteks ini mengenangmu kata-katamu terakhir saat kita berjumpa akhir-akhir pertemuan mulai dari tanggal 1 April di keidiamanmu. al-marhum memang keluhkan bunyi lehernya yang suda hampir dua bulan dan pada tanggal 26 April perjumpaan dengan almarhum bersama Abubakar Abdullah dan dalam waktu berbeda bertemu juga dengan Wali Kota Ternate Tauhid Soleman, sebelum bertemu dengan pak Wali Kota Ternate almarhum mengutarakan banyak hal dan saya hanya mengatakan kalau AAM masih menganggap saya ini saudara, shahabat, serta teman tolong maafkan kesalahan apapun yang orang lain lakukan terhadap dirimu, oleh karena itu berjumpahlah dan maafkan orang lain itu lebih penting, karena Allah mememerintahkan maafkan kepada orang yang bersalah, dan akhirnya pertemuan almarhum M.Khaerul Amri bersama pak Tauhid Soleman terjadi di kafe Laplaka yang menggetarkan jantung dan sanubariku saat perjumpaan itu engkau mengatakan kalau bukan shahabat Salim saya tidak akan bertemu engaku lagi pa Wali menakar ucapan itu begitu berharga itulah peghargaan amarhum pada bentuk pertemanan yang erat dengan garansi teman menguburkan amarahnya. pertemuan ba’da jumat tanggal 26 April pukul 16.00 yang saling memaafkan itu adalah akhir dari perjumpaan, setelah memediasi perjumpaan dengan pak Tauhid Soeleman. dan tanggal 27 almarhum agenda ke luar negeri, saya sempat berkomunikasi bahkan almarhum meminta saya untuk jangan dulu balik ke ternate kita bertemu tanggal 6 Mei di kediamannya, padahal ini isyarat sebagaimana Ali Bin Abi Thalib mengatakan kelak “engakau akan mendapatiku dalam jasad yang tak bernyawa” selamat jalan Shahabat AAM menuju keabadian Syurgawi, menghadap pada Tuhanmu dengan Ridha-Nya.