Oleh: Andre Sudin
(Pengurus Pemuda Pancasila Malut)
Ternate, Alafanews - Seantero Indonesia dikejutkan dengan manuver Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres Prabowo Subianto. Publik menilai putra sulung Presiden Joko Widodo itu belum layak maju sebagai calon wakil presiden. Alasannya, karena Gibran masih cukup muda dan belum berpengalaman di bidang politik dan birokrasi.
Kemampuan Gibran diragukan khalayak publik termasuk politisi senior Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan pengamat politik Rocky Gerung. Ahok dengan tegas mengatakan, Gibran belum teruji sama sekali karena baru tiga tahun menjadi Wali Kota Solo. Pun dengan Rocky Gerung, yang khawatir akan nasib bangsa Indonesia kedepan jika Prabowo dan Gibran menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Kekhawatiran Rocky tidak ditunjukan kepada Prabowo, tetapi lebih kepada Gibran Rakabuming Raka. Prabowo mungkin sosok yang bisa dibilang sudah sangat matang dalam wilayah politik. Beda dengan Gibran yang baru melompat ke kanca politik nasional. Rocky khawatir jika sewaktu-waktu posisi Prabowo digantikan oleh Gibran kemudian menghadapi situasi Geopolitik Internasional. Kekhawatiran Rocky memang masuk akal, sebab Indonesia akan terus diperhadapkan dengan situasi geopolitik internasional, dimana negara-negara adikuasa akan terus melirik Indonesia dari berbagai hal, maka tentunya pemimpin Indonesia harus memiliki keahlian berpikir dan jelih dalam pengambilan keputusan.
Disisi lain, buntut dari manuver Gibran ini, membuat kecurigaan publik pada Jokowi semakin kuat. Dimana Jokowi dianggap sedang memainkan politik "Dinasti" demi kekuasaan dan mengenyampingkan nilai-nilai demokrasi. Kendati, Jokowi sendiri telah membuat pernyataan bahwa ia tidak mencampuri sama sekali urusan politik anaknya tersebut.
Publik sebenarnya sudah menaruh curiga pasca putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu terkait usia minimal Capres-Cawapres menjadi 35 tahun. Bukan tanpa alasan, putusan MK itu dinilai agar untuk memuluskan Gibran menjadi Cawapres. Terlebih karena Ketua MK merupakan adik ipar presiden Jokowi.
Sadar tidak sadar situasi politik nasional hari ini dengan adanya manuver Gibran, telah melahirkan perasaan yang berkembang di masyarakat bahwa betapa mudahnya menjadi anak presiden. Semuanya bisa dilakukan dengan muda sekalipun tindakan itu kemudian menabrak konstitusi. Sedangkan disaat yang sama, Anak-anak muda Indonesia harus berjuang tanpa bantuan dari ayahnya.
Rocky Gerung berpendapat, bahwa langkah Jokowi dan Gibran ini menguji batas kesabaran Megawati Soekarno Putri. Olehnya, ia menyarankan agar Megawati mengambil sikap untuk memecat Jokowi dan Gibran dari Anggota Kepartaian pasca Gibran dideklarasikan sebagai Cawapres.
Namun sebagian publik menilai, bahwa manuver Gibran berawal dari ketidakharmonisan antara Jokowi dan Megawati. Megawati dianggap hanya menjadikan Jokowi sebagai "Petugas Partai", dan tidak mendapatkan kedudukan yang istimewa di PDI Perjuangan layaknya sebagai seorang presiden. Wallahu ‘alam Bishshawab.